lipunaratif.com
Maa Ledungga
Straight News

Fasad di Maa Ledungga #4 Suarakan Entitas dan Isu Marjinal

Reporter: Fitiah Akase

Dua pekerja seni, Yayat Goks dan Shandi Igirisa berkolaborasi untuk membuat fasad di pameran Pesta Seni Panen Padi Maa Ledungga #4. Karya-karya mereka menjadi suara bagi entitas dan isu yang selama ini seringkali terabaikan. Dari petani, perempuan, anak, lingkungan, dan lain sebagainya–mereka ingin memvisualisasikan kesenjangan yang belakangan terjadi di Indonesia.

Secara harfiah, fasad merupakan bagian luar atau eksterior sebuah bangunan, terutama tampak depan. Dalam konteks pameran seni, fasad menjadi karya-karya yang ditempatkan di luar, dan biasanya yang pertama kali dijumpai oleh pengunjung pameran.

“Fasad itu tampilan luar pameran, yang sekaligus dapat mencerminkan isi atau pesan yang dibawa di dalam ruang pameran itu sendiri,” ujar Yayat. “Sederhananya, diibaratkan membaca buku, maka fasad adalah sampulnya,” tambah Shandi.

Proses pengerjaan karya fasad ini memakan waktu hampir dua pekan. Melibatkan diskusi, eksperimen visual, hingga kerja fisik. Selama proses tersebut, mereka berhasil menyelesaikan 30 karya. Namun, hanya 26 yang dipajang karena keterbatasan ruang. Karya-karya tersebut dibuat menggunakan bahan utama berupa kain, serta cat berwarna merah dan hitam.

Karya poster mereka hampir semuanya merepresentasikan ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi di Indonesia, seperti kriminalisasi petani, kekerasan berbasis gender online, krisis lagu anak, efisiensi, pagar laut, ijazah palsu, UU TNI, premanisme dibalik seragam, dan masih banyak lagi. Karya tersebut merupakan bentuk kritik terhadap persoalan-persoalan negara yang tak kunjung usai.

Shandi menerangkan bahwa karya-karya fasad ini menjadi perwakilan bagi mereka yang meminta perlindungan, seiring dengan tema besar yang diangkat dalam Maa Ledungga #4: Suaka. Salah satu karyanya adalah poster sign for help, ditujukan untuk isu perempuan yang belakangan menjadi objek kekerasan seksual dan butuh ruang aman. Selain itu, dia juga menyoal perihal kekerasan-kekerasan dan kejahatan yang dilakukan aparat keamanan.

“Kenapa ketika mereka melakukan kejahatan, identitas mereka dirahasiakan dan wajah mereka ditutupi? Mengapa menyebutnya oknum? Sedangkan jika hal demikian terjadi kepada petani misalnya, mereka tidak menyebutkan kata oknum,” ucap Shandi.

Shandi Igirisa atau yang sering dikenal dengan passwart merupakan seorang street art asal Gorontalo yang dikenal melalui karya-karyanya yang mengangkat tema identitas, memori kolektif, dan transformasi sosial. Ia merupakan bagian dari Tupalo Perupa Gorontalo, sebuah kolektif perupa aktif Gorontalo yang memperkenalkan seni rupa dari panggung lokal hingga nasional.

Salah satu karya penting Shandi dipamerkan dalam pameran “Wolo Utiye” di RuangDalam Art House, Yogyakarta, pada Juni 2021. Pameran ini mengangkat frasa “Wolo Utiye” yang berarti “apa itu” dalam bahasa Gorontalo, merefleksikan interaksi khas antara pedagang ikan keliling dan masyarakat setempat. Melalui karya-karya yang ditampilkan, termasuk karya Shandi, pameran ini menyuarakan nostalgia terhadap tradisi lokal yang mulai memudar.

“Dengan adanya karya ini kami ingin sampaikan kepada masyarakat bahwa beginilah keadaan indonesia sekarang,” jelas Yayat, sambil menatap gambar senjata, salah satu karyanya.

Yayat Gokz memang dikenal sebagai pekerja seni yang selalu menyuarakan isu-isu sosial, politik, kemanusian, hingga lingkungan. Diceritakannya, karya-karyanya di fasad Maa Ledungga ini adalah kegelisahan pribadi, dan sebagian besar lainnya merupakan hasil diskusi dari aktivis-aktivis di Gorontalo. Secara pribadi, Yayat menaruh perhatian lebih ke isu ijazah palsu yang belakangan ribut di media dan menuai banyak pro dan kontra.

“Sama seperti kalian para jurnalis, kami pun ingin menyuarakan suara masyarakat melalui karya seni,” tegas dia.

Related posts

Melalui “Oryzamorgana”, I Ketut Putrayasa Suarakan Isu Ketahanan Pangan di Maa Ledungga #4

Redaksi

Peringati Hari Trikora, Mahasiswa Asal Papua dan Aktivis Prodemokrasi Gelar Diskusi

Defri

Suaka, Tema Utama Pesta Panen Padi “Maa Ledungga” 2025

Redaksi

Leave a Comment