lipunaratif.com
Straight News

Pameran Ditimoli #2: Melawan Tabu Lewat Karya Seni Erotis


Lipunaratif.com – Pengunjung pameran seni Ditimoli #2 tampak menikmati berbagai karya lukisan yang terpajang di Galeri Riden Baruadi. Satu per satu para pengunjung bergantian berdiri di depan lukisan, untuk mendapat keindahan visual yang tepat dari karya perupa muda di pagelaran seni ini. Ada yang berswafoto, ada pula yang asyik menikmati lukisan.

Angel, mahasiswi asal UNG, pengunjung pameran yang terlihat cukup intens berada di depan lukisan pojok bilik galeri. Ia memandangi lukisan bergenre erotisme karya Putri Fatra Abdjul yang berjudul “Di Luar Menu”.

Diwawancarai Lipunaratif, Angel mengaku tidak pernah terpikirkan sebelumnya bisa melihat lukisan bergenre seperti ini. Ia begitu terkesima dengan lukisan “Di Luar Menu” yang menurutnya absurd. “Sangat tidak bisa dipikirkan (ada karya seperti ini), di luar nalar,” kata Angel.

Angel memberi acungan jempol saat dirinya mengetahui kalau pelukis karya tersebut adalah seorang perempuan. Ia mengapresiasi keberanian pelukis yang mengangkat tema tidak biasa. “Benar-benar berani sih, karena pelukis bisa membuat lukisan seperti ini, istilahnya naked.”

Sementara itu, Rere, pengunjung pameran lain yang diwawancari menganggap visual lukisan “Di Luar Menu” bukanlah sesuatu hal yang tabu. Ia bahkan tidak mempermasalahkan identitas pelukis tersebut adalah seorang perempuan. “Iya, tidak masalah, kebebasan berpendapat, dia melakukan apa yang ia pikirkan,” ujarnya.

Diwawancarai langsung, Putri Fatra Abdjul, pelukis lukisan bergenre erotisme “Di Luar Menu” mengungkapkan, karya tersebut merupakan buah ide dari kegemarannya menulis puisi bertemakan erotisme.

“Idenya berawal dari kegemaran saya menulis puisi dengan genre yang sama, erotisme, jadi ketika harus move ke gambar, saya tetap di genre yang sama, ketika mau ikut Ditimoli #2 sudah terpikir saya akan mengangkat tema erotisme,” ungkap Putri.

Pameran Ditimoli #2 menjadi pagelaran perdana bagi Putri sebagai pelukis pemula. Karya lukisan “Di Luar Menu” juga merupakan karya pertamanya, yang baru sekitar 6 bulan belajar melukis.

“Kalau konsisten menggambar itu baru 6 bulanan, awalnya itu gambar-gambar dulu di kertas, dapat info ada pamera Ditimoli #2, coba ikut, ini lukisan pertama sekaligus pameran pertama,” katanya.

Lukisan milik Putri yang terpajang di pameran Ditimoli #2 menarik perhatian pengunjung. Genre erotisme untuk pameran ini cukup berani, karena sebagian besar karya-karya lain yang ditampilkan masih cukup “sopan”.

Visual tubuh manusia berkepala mangkuk berisi sayur dengan posisi duduk bersila, menampilkan ekspresi tubuh yang rileks. Di bagian dada, terdapat garpu dan sendok yang tampak menutupi area sensitif perempuan. Komposisi warna dalam lukisan juga memicu imajinasi tersembunyi dan “terlarang” bagi pengunjung.

“Menggambarkan erotisme sebagai kebutuhan manusia yang wajar sekaligus seni yang indah. Ia hadir seperti sesuatu yang dicari dan dinikmati, namun tetap berlangsung sembunyi-sembunyi, seolah bukan bagian dari hal yang lumrah. Lewat karya ini, erotisme ditampilkan bukan sebagai tabu, melainkan sebagai ruang kejujuran dan keindahan yang layak dipandang,” tulis deskripsi singkat lukisan tersebut.

Lebih lanjut, kecintaan Putri dalam seni bertemakan erotisme tak lepas dari pemengaruhnya, Goenawan Mohamad, yang mengeluarkan karya puisi bertajuk erotisme. Walaupun masih banyak yang menganggap kegemarannya merupakan hal yang tabu, ia tak mempermasalahkan hal tersebut.

First time im falling in love with that, ungkapan romansa dengan cara yang kata orang over, liar sekali, tapi menurut saya selama dikemas dalam bentuk seni, tidak menyalahi moral dan norma yang ada, itsokay, dinikmati selayaknya seni pada umumnya,” katanya.

Di sisi lain, menanggapi persepsi tentang lukisannya yang dianggap belum lumrah dan tabu, Putri menganggap hal tersebut merupakan sebuah bentuk kewajaran. Mahasiswa pascasarjana ini berharap lukisan “Di Luar Menu” bergaya erotisme bisa dikonsumsi seperti lukisan yang lain.

Show up erotisme yang dikemas dalam seni itu adalah hal yang wajar untuk dinikmati, walaupun tabu saya berharap dengan lukisan ini, itu sudah bukan menjadi hal yang tabu, jadi ini bisa dikonsumsi seperti tema dan seni yang lain,” katanya.

Perjalanan Putri melukis karya lukisan “Di Luar Menu” menghabiskan waktunya kurang lebih dua bulan. Mahasiswa sekaligus penyiar radio ini mengungkapkan alasan terciptanya karya tersebut karena ingin menantang dirinya sendiri, yang memiliki pengalaman pahit dalam mencintai kepenulisan bertajuk erotisme.

“Alasannya personal, berawal dari pengalaman kemarin-kemarin mendapatkan badimage karena menulis erotis, apalagi sudah menggambar, jadi secara personal saya ingin menantang diri sendiri bahwa saya berani untuk lebih show up lagi dengan bebas, lewat lukisan, dapat kesempatan, ikut saja,” katanya.

Reporter: Hafiz Aqmal Djibran

Related posts

Dari Panggoba Hingga Lumbu’a, Dua Seniman Perkental Identitas dan Pengetahuan Lokal di Maa Ledungga #4

Redaksi

Fasad di Maa Ledungga #4 Suarakan Entitas dan Isu Marjinal

Redaksi

Dua Tahun Kasus Penganiayaan Mahasiswa IAIN Gorontalo: Pelaku Dibebaskan, Tak Ada Sanksi Akademik

Redaksi

Leave a Comment